Pengembangan Vokasi SMK Menciptakan Lulusan berKompetensi
Pendahuluan
Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) adalah sarana pendidikan yang menciptakan
lulusan yang mempunyai keahlian di bidang kejuruan yang sesuai dengan SMK
tersebut. Lulusan yang di siapkan untuk dapat memiliki keahlian sesuai kejuruan
(Vokasi) yang di pelajari dan dapat bekerja sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi seperti Universitas, Politeknik, Akademi atau dengan mengikuti
pelatihan di Balai Latihan Kerja ( BLK – BLKI ).
Setiap tahun
lulusan sekolah menengah kejuruan ( SMK ) terus bertambah dan tidak sebanding dengan
lowongan pekerjaan yang ada. Terutama tidak
sebanding dengan
pertumbuhan industri, yang banyak membutuhkan tenaga kerja dari lulusan SMK. Setiap
SMK yang berdiri di suatu daerah menciptakan lulusan yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan dunia usaha dan potensi yang ada di daerah tersebut. Selama ini smk
menciptakan kebanyakan lulusan kejuruan Automotive ( baik mata kejuruan
Automotive sepeda motor atau mobil ) yang menciptakan tenaga yang dapat mandiri
setelah lulus
dari SMK, contoh dengan
mendirikan bengkel sepeda motor , mobil atau dapat langsung bekerja di
bengkel dan
industri automotive. Didalam perkembangannya bahwa semakin banyak lulusan
kejuruan otomotive maka semakin banyak juga bengkel yang berdiri, dan menciptakan persaingan usaha bengkel semakin ketat. Dan selebihnya bekerja di
industri automotive.
Perkembangan technology industri yang semakin pesat tidak di barengi
dengan perkembangan vokasi dan peralatan yang sesuai di SMK. Seakan – akan SMK
hanya mempunyai kejuruan automotive dan meluluskan tenaga automotive saja.
Padahal masih ada kejuruan di luar tersebut yang sangat di butuhkan oleh dunia
industri. Saat ini kejuruan mekatronika di butuhkan oleh dunia industri.
Mekatronika adalah gabungan disiplin ilmu Mekanika, elektro dan informatika
untuk merancang, mendisain, memproduksi, mengoperasikan dan memelihara system
atau mengoptimasikan serta memprogram suatu produk yang di inginkan.
Untuk menyikapi dan mengatasi kekurangan tenaga lulusan SMK yang
mempunyai kompetensi, maka di butuhkan peralatan pelatihan yang mempunyai
technology yang sinergi dengan dunia industri. Untuk menyikapi kekurangan
lulusan yang sesuai dengan kebutuhannya, dunia industri melakukan kerjasama
dengan beberapa SMK yang ada untuk menciptakan lulusan yang siap kerja di
tempat usahanya. Contoh yang telah ada dan terlaksana hingga saat ini adalah
Produk sepeda motor Honda. Perusahaan sepeda motor Honda telah melakukan kerja
sama dengan beberapa SMK di Indonesia untuk menciptakan tenaga kerja terampil yang
dapat bekerja di perusahaannya, dengan
memberikan bantuan peralatan pelatihan dan kurikulum yang sesuai dengan bidang
yang akan di laksanakan di perusahan / pabrik tersebut.
Permasalahan yang yang
terjadi selama ini adalah bahwa Lulusan SMK tidak dapat memenuhi Standart
Kompetensi / keahlian yang di butuhkan oleh dunia lapangan kerja.
Kesenjangan Perkembangan Teknonologi dengan Lulusan SMK
Dalam
rangka meningkatkan produktivitas, Industri semakin berkembang berikut
teknologi yang ada di dalamnya. Perkembangan teknologi baru tersebut tentunya
menuntut skills kompetensi yang semakin tinggi dari tenaga kerja yang ada. Akan
tetapi Lulusan Sekolah Menengah yang seharusnya memenuhi kebutuhan industri, umumnya
kurang memiliki keterampilan yang komprehensif sebagai tenaga kerja “Job ready” sehingga mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara perkembangan
teknologi industri dan kompetensi lulusan pendidikan menengah sebagai pencari
kerja. Dengan kata lain tidak terjadi link and match antara lulusan Pendidikan
sebagai pencari kerja dengan kebutuhan Industri. Penyebab diantaranya adalah materi
dan alat praktek siswa tidak sejalan lagi dengan perkembangan teknologi ada di
dunia industri yang berdampak kompetensi yang dihasilkan kurang relevan dengan kebutuhan
Industri.
Dalam proposal ini program pengembangan alat merupakan salah satu sisi yang perlu dicermati untuk dikembangkan kualitasnya. SMK memerlukan peralatan yang didesain dengan melalui proses Research & Development yang mengakomodasi perkembangan teknologi Industri terbaru berikut dengan kompetensi operasional teknologi tersebut, dan mampu mensimulasikan berbagai permasalahan yang muncul diindustri untuk melatih kemampuan trouble shooting peserta pelatihan.Melalui program revitalisasi peralatan pelatihan kejuruan di SMK, maka para pencari kerja akan mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan daya saingnya dengan menguasai kompetensi yang diperlukan oleh Industri.
“Lost Generation
” dalam Middle position worker sebagai dampak Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998 menyebabkan
banyak industri terpaksa memPHK Karyawannya dengan tujuan efisiensi. Di sisi
lain pencari kerja baru muncul sehingga jumlah pengangguran meningkat secara
tajam. Sekalipun ada kesempatan bekerja, lowongan yang tersedia adalah
pekerjaan non formal yang umumnya tenaga sales. Hal ini menyebabkan generasi
pekerja saat itu tidak mengalami proses pengalaman kerja yang memberikan
peningkatan kompetensi menjadi tenaga kerja middle possition seperti supervisor
atau manager.
|
Dalam kurun waktu
10 tahun terakhir
dunia Industri sudah mulai berkembang kembali, terloihat dari pertumbuhan
ekonomi Indonesia dengan angka rata-rata 7 persen per tahun. Selain itu Pertumbuhan
Industri ditandai dengan munculnya fenomena diantaranya Semakin kurangnya
fasilitas warehouse, infrastruktur pendukung Industri, misalnya Jalan raya yang
semakin macet dipenuhi kendaraan Industri, dan semakin terbatasnya Pelabuhan-pelabuhan
sebagai fasilitas penting transportasi produk industri.
Perkembangan Industri yang
semakin pesat menuntut sumberdaya manusia yang cukup. Maka dampak krisis
ekonomi seperti yang dijelaskan di atas, saat ini menjadi masalah bagi industri
dalam hal ketersediaan pekerja dengan level middle position seperti yang
dijelaskan grafik berikut.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
tersebut membawa dampak positif pada bangkitnya dunia bisnis di Indonesia. Yang
membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mengisi tingkat junior, tingkat middle
dan tingkat senior dalam perusahaan tersebut. Dan membuka lebih banyak lapangan
pekerjaan baru. Ironisnya, lowongan pekerjaan yang butuhkan tenaga kerja yang
memiliki keahlian, ketrampilan, dan keprofesionalan . Lowongan tersebut tidak
dapat terisi karena adanya tuntutan yang kurang dimiliki oleh tenaga kerja
lulusan lembaga pendidikan Indonesia. Lembaga pendidikan hanya mampu meluluskan
tenaga kerja yang tidak siap pakai.
|